Sunday, October 19, 2008

“Kami Belum Terima Buku Petunjuk”

SEPUCUK undangan dari Kepala Distrik Pantai Timur Barat Kabupaten Sarmi, masih digenggam erat Beneditus Tonjau, 43 tahun, ketika mengikuti arahan Wakil Gubernur Papua, Alex Hessegem saat “turun kampung” (Turkam) di Distrik Bonggo, Kabupaten Sarmi, pada 26 Juli 2008.

Beneditus hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mendesis, “Wah.” Kepala Kampung Vinyambor itu tampaknya lagi bingung. Dalam kesempatan tanya-jawab, Beneditus belum berani mengungkapkan kebigungannya soal petunjuk pelaksanaan Program Pemberdayaan Kampung.

Namun, ketika ditemui mingguan ini, Beneditus seolah bangkit, lalu “memuntahkan” persoalan seputar pelaksanaan program pemberdayaan di kampung yang dipimpinnya.

“Wagub bilang, honor kepala kampung tidak bisa diambil dari Rp 100 juta yang diberikan pemerintah provinsi. Tapi, kami dapat kabar dari kabupaten, dana Rp 100 juta itu, sudah termasuk honor kepala kampung,” ungkap Beneditus.

Sementara, menurut pihak provinsi dana tersebut digunakan untuk pembangunan kampung. Insentif kepala kampung hanya bisa diperoleh dari dana pemberdayaan distrik. “Kami harus ikuti petunjuk yang mana?” tanya Beneditus Tonjau, Kepala Kampung Vinyambor, Distrik Pantai Timur Barat di Kabupaten Sarmi. “Kami tidak tahu harus mengikuti petunjuk yang mana?”

Kebigungan Beneditus mengesankan, ada perbedaan petunjuk dari provinsi dan kambupaten tentang pelaksanaan Program Pemberdayaan Kampung. Konsep Respek yang diinginkan para petinggi di provinsi tidak gandeng dengan yang ada di benak para kepala kampung dan warga mereka.

“Mana yang benar? Sedangkan buku petunjuk pelaksanaan teknis Respek belum kami terima,” kata Beneditus.

Walau begitu, dengan pemahamannya terbatas, ia bisa menerjemahkan kebutuhan rakyatnya. Dana pemberdayaan kampung dari provinsi Papua dan Kabupaten Sarmi sebesar Rp 200 juta bisa “disalurkan.”

Beneditus menjabarkan, untuk usaha kecil (seperti, pembuatan minyak kelapa) diberikan 15 persen untuk 30 orang. Beasiswa untuk sekolah menengah pertama, masing-masing Rp 100.000 untuk 19 pelajar. Siswa sekolah menengah atas dan sederajat Rp 150.000. “Kami juga beli mesin pembangkit listrik (genset),” kata kepala Kampung Vinyambor itu.

Beneditus Tonjau hanya contoh dari sekian banyak kepala kampung di Papua yang belum paham benar pelaksanaan Program Pemberdayaan Kampung. Inilah tantangan dalam setahun pelaksanaan Respek yang perlu dievaluasi. Semoga.(ansaka)


0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com