Sunday, October 19, 2008

Persipura tak Dapat dana APBD Lagi

Mulai 2008, Pemerintah Kota Jayapura, tak lagi memberikan dukungan dana dari APBD untuk Persipura. Padahal, tahun 2006, klub ini dapat Rp 15 miliar. Tapi kini manajemen Persipura dikelola badan usaha sendiri. Persipura pun harus berupaya menggali dana dari sumber lain.

AWAN hitam masih menutup manajemen Persipura. Pasalnya, bukan hanya dugaan kasus pemukulan terhadap pelatih Persipura, Raja Isa saja, tapi juga persoalan dana.

Biaya yang dibutuhkan Persipura tidak sedikit. Katakan saja, untuk satu musim kompetisi antara Rp 30 miliar sampai Rp 50 miliar. Untuk itu, sejumlah pengusaha, salah satunya Toko Ifan Sport diminta untuk dapat memberikan royaliti atau fee lantaran toko ini menjual kostum Persipura.

Tapi aturan untuk mendapatkan royalti atau fee dari penggunaan nama dan logo Persipura ini masih perlu disosialisasikan.

Sekretaris Umum Persipura H. MH. Thamrin Sagala mengaku bahwa sejak launching badan hukum berupa perseroan terbatas (PT) yang menangani Persipura ini masih dalam proses, sehingga payung hukum untuk penarikan bagi hasil atau fee penjualan produk Persipura ini belum bisa dilakukan.
“Jadi kami masih berikan toleransi kepada para pengusaha yang menjual kaos dan logo Persipura,” ungkap Thamrin Sagala seperti yang dilansir media di Jayapura pada pertengahan Juli 2008.

Meski para pengusaha ini belum mendapatkan izin resmi dari manajemen Persipura untuk menjual produk yang berkaitan dengan Persipura, namun menurut Thamrin, selama ini para pengusaha ini juga sudah dikenal dan terlibat memberikan dukungan moral pada Persipura. Tapi dengan berubahnya manajemen Persipura menjadi satu badan usaha sendiri, maka dukungan ini diharapkan tidak hanya moral tapi juga diwujudkan dalam bentuk finansial, yakni dengan kewajiban membayar royalti ke Persipura.

Selain itu, menjelang Liga Super Indonesia 2008 bergulir, Persipura Jayapura telah mendapatkan sponsor dari perusahaan asal Makassar, PT. Bosowa. Dengan dukungan dari Bosowa ini, maka tim berjuluk “Mutiara Hitam” itu takkan mengalami krisis dana untuk mengarungi kompetisi LSI setahun penuh.

Meski PT. Bosowa berada di Makassar, namun beberapa proyek pekerjaan mereka banyak berada di Papua. “Kami resmi kerjasama dengan Bosowa dalam bentuk sponsorship. Namun nilai yang ditawarkan masih dibicarakan lebih lanjut,’’ ujar Manajer tim, Rudi Maswi.

Untuk itu, saat ini para pemain Persipura sudah memasang logo Bosowa di kostum tim. Sementara itu, kesuksesan Persipura mendapatkan sponsor dari PT. Bosowa, ditanggapi biasa-biasa saja oleh manajemen PSM. Padahal, PT. Bosowa sendiri merupakan perusahaan milik putera daerah di Makassar. “Semua itu ’kan urusan bisnis. Pasti mereka sudah menghitung untung dan ruginya,’’ ujar Ketua Umum PSM, Ilham Arief Sirajuddin.
Ilham sendiri tak khawatir jika PSM tak mendapat bantuan dari PT. Bosowa. Ia menilai, masih banyak sponsor lain yang ingin bekerjasama dengan klubnya karena PSM punya nilai jual yang tinggi. Kini Persipura membutuhkan dana yang cukup besar. Tapi tahun 2006, Persipura mendapat dana dan diakomodasi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp 15 miliar.

Walikota Jayapura Manase Roberth Kambu dalam menanggapi pandangan umum fraksi-fraksi atas nota keuangan dan RAPBD Kota Jayapura, menjelaskan bantuan itu akan diambil dari APBD Kota Jayapura melalui pos bantuan keuangan kepada organisasi profesi.

Sebagai klub profesional dan konsekuensi dari tim disegani di Indonesia, Persipura memerlukan biaya tidak kurang dari Rp 15 miliar untuk kontrak pemain, gaji pemain serta tuntutan fasilitas lainnya setiap putaran liga nasional.

Bantuan PSSI dan sumber-sumber sponsor serta pendapatan sendiri hanya mampu menutupi kurang lebih 20 persen dari kebutuhan biaya yang diperlukan. “Tidak ada pilihan lain, supaya Persipura tetap eksis di kancah nasional, maka sumber anggaran satu-satunya adalah APBD,” katanya.
Tapi kini, klub-klub sepak bola tidak diperbolehkan menerima dana dari APBD. Soal dana APBD memang sedang ramai dibicarakan. Klub-klub Liga Indonesia yang belum lama ini berkumpul di Tangerang, merasa dana APBD itu sangat membantu mereka untuk berkompetisi. Bahkan selama ini harapannya hanya itu.

Tanpa dana APBD, klub-klub akan bubar. Mana yang benar? Namanya juga kompetisi bersifat profesional, kenapa ketergantungan kepada pemerintah begitu besar? Menghimpun dana dari luar untuk kegiatan berkompetisi di divisi utama Liga Indonesia.

Soal dana APBD memang sedang ramai dibicarakan. Kalau para pengamat hingga rakyat menghendaki, jangan lagi memakai dana itu. Sebab, seperti keputusan Menteri Dalam Negeri, bahwa dana APBD bukan hanya untuk kepentingan sepakbola, tapi juga cabang-cabang lain, dan kegiatan sosial yang lain.

Barangkali rakyat tidak akan marah, kalau hasil yang dicapai dari sepakbola ini memang sesuai dengan harapan. Karena sepakbola dinilai dapat mengangkat martabat bangsa dan negara. Tapi yang muncul sekarang ini, prestasi yang menukik terus. Rakyat sangat wajar kecewa, karena uang yang digunakan berasal dari rakyat.
Apalagi penggunaan anggaran di klub-klub sangat tidak wajar. Pertanggungjawabnya sulit ditelusuri. Laporan keuangannya amburadul.

Pemain digaji cukup besar, tapi hasilnya bagaimana? Yang untung justru pemain-pemain asing itu. Dibayar besar, tapi tidak bisa mengangkat sepakbola Tanah Air secara keseluruhan.
Lalu bagaimana Persipura? Apakah Persipura berhasil menggalang dana sehingga klub ini dapat terus mengikuti Superliga Indonesia?(Kris Ansaka)

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com